Search

mooibandoeng

Pengeluyur di Bandung

Month

March 2014

Papan Cuci Elisabeth Adriana Hinse-Rieman

Elisabeth Adriana Hinse Rieman-2B

Hari ini saya mengantarkan beberapa orang yang ingin menengok nisan Letnan Tionghoa pertama di Bandung yang beberapa hari lalu saya unggah di sini. Tidak banyak informasi baru yang saya dapatkan.

Di jalan pulang, saya mampir ke mata air Ci Guriang di sebelah utara Jl. Kebon Kawung. Bila nisan Letnan Tionghoa sudah menjadi bagian sebuah tembok rumah, maka di sini ada tiga nisan tua dari zaman Hindia Belanda yang terbengkalai. Ketiga nisan ini dipakai untuk pijakan dan papan cucian oleh warga sekitar mata air ini.

Dari ketiga batu nisan seukuran pintu rumah itu, dua di antaranya sudah terbelah dan tidak ada bekas jejak tulisan apapun di atasnya. Tapi, satu nisan masih memiliki inskripsi lengkap. Bentuk keseluruhan tulisan sangat sederhana, tidak ada ukiran-ukiran tambahan atau hiasan apapun. Continue reading “Papan Cuci Elisabeth Adriana Hinse-Rieman”

Dari Lasmanah di Taman Cibeunying, ke Banjarnegara, sampai Parta Kutang.

Ini adalah cerita ngalor-ngidul.
Cerita yang muncul dan berkembang begitu saja dari sebuah foto. Seorang teman menunjukkan sebuah foto di grup whatsapp kawan-kawan Komunitas Aleut! Foto itu bergambar sebuah potret berukuran besar yang diambilnya di ruang dalam sebuah restoran di Jl. Taman Cibeunying Selatan. Potret tua berwarna sepia itu terbingkai dan terpajang anggun di dinding rumah. Gambarnya seorang perempuan muda, di bawahnya ada sebaris tulisan: Ibu Hj. Lasmanah Kolopaking (1902-1965).

Lasmanah Kolopaking-1B
Ibu Hj. Lasmanah Kolopaking (1902-1965) Foto: Ariyono Wahyu.

Kolopaking
Nama Kolopaking ini otomatis mengingatkan beberapa kawan kepada artis yang dulu pernah terkenal, Novia Kolopaking. Apakah ada hubungannya? Sebagai trah, Kolopaking sering disangka sebuah marga yang berasal dari wilayah Indonesia Timur, padahal nama ini bila dirunut ceritanya, akan muncul pada cerita sejarah Kebumen di Jawa tengah. Continue reading “Dari Lasmanah di Taman Cibeunying, ke Banjarnegara, sampai Parta Kutang.”

Nisan Luitenant Oeij Bouw Hoen, 1882

Oeij Bouw Hoen 1881-1B

Sabtu lalu saya jalan-jalan menyusuri perkampungan padat di daerah Babakan Ciamis. Dari beberapa bacaan, saya tahu dulu di kawasan itu ada permakaman Cina pindahan dari Oude Kerkhoff (Sentiong) di Banceuy.

Ternyata saat ini kawasan itu sudah sangat padat oleh permukiman, lorong-lorong jalan yang sangat sempit, untuk dilewati satu motor pun susah, dan karena tanahnya berundak-undak, banyak lorong yang hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki saja.

Permakaman lama sudah tidak bersisa, hanya beberapa orang tua saja yang bisa cerita bahwa dulu di sana memang pernah ada permakaman, warga lainnya umumnya tidak mengetahui karena rata-rata baru datang di wilayah itu pada tahun 1980-an.

Seorang tua yang berasal dari Jawa Tengah bercerita bahwa pada saat dia pindah ke Babakan Ciamis, beberapa puluh meter di belakang rumahnya masih ada 3 buah nisan lama, sayangnya karena renta, beliau tidak bisa mengantarkan. Continue reading “Nisan Luitenant Oeij Bouw Hoen, 1882”

Create a free website or blog at WordPress.com.

Up ↑