Search

mooibandoeng

Senantiasa Belajar Kenal dan Cinta Kota Bandung

Tag

Preangerplanters

Mengenal Willem Gerard Jongkindt Conninck

Nisan W.G. Jongkindt Coninck.jpg
Batu nisan W.G. Jongkindt Coninck/foto oleh Asep Suryana

 

Oleh: Vecco Suryahadi (@Veccosuryahadi)

Pada bulan Juni 1934, sebuah perayaan spesial untuk Tuan W.G. Jongkindt Coninck diselenggarakan di Kertamanah. Banyak telegram, karangan bunga, serta bingkisan diterima oleh panitia perayaan di Kertamanah. Saking spesialnya perayaan ini, banyak artikel koran Belanda yang merekam peristiwa ini. Tapi siapa sih Tuan Jongkindt ini?

Untuk mengenalnya, mari kita mundur sekitar 50 tahun dari perayaan itu yakni tahun 1884.

Pada tanggal 22 Juni 1884, Willem Gerard Jongkindt Conninck dan kakaknya bernama Gerrit Jan Jongkindt Conninck datang di Hindia Belanda untuk pertama kalinya. Tujuan mereka ialah mencari peruntungan di bidang perkebunan. Perlu diketahui Willem dan Gerrit berumur 18 dan 24 tahun.

Karir Willem diawali sebagai pegawai perkebunan tembakau di Sumatera. Pada awalnya, dia bekerja perkebunan di Belawan. Lambat laun, karena kerja keras dan ketekunannya, dia berhasil menjadi seorang administratur perkebunan tembakau di Deli pada tahun 1889. Saat itu dirinya berumur 23 tahun!

Setelah 15 tahun berkarir di Sumatera, Tuan Willem pindah ke perkebunan di Jawa. Perkebunan pertama yang disinggahinya berlokasi di Lampegan. Lalu, dia pindah ke Kertamanah dan menjadi administratur perkebunan pada 1 April 1904.

Selama di Kertamanah, fokus Tuan Willem lebih ke arah budidaya kina. Metode pengolahan tanah, pemilihan benih, dan penanggulangan penyakit kina menjadi fokusnya. Salah satu penelitian yang dilakukan Tuan Willem tentang penyakit kina diterbitkan di koran De Preangerbode edisi Juli 1913.

Berkat metode-metode itu nama perkebunan Kertamanah dan Willem G. Jongkindt Conninck terkenal di Jawa. Hal itu terlihat dengan banyaknya undangan sebagai pembicara yang diterima oleh Tuan Willem. Salah satunya adalah undangan Tentoonstelling te Semarang yang menempatkan dirinya di seksi agrikultur dan holtikultura.

Hingga pada tahun 1934, Willem Gerard Jongkindt Conninck dianugerahi Ridder in de Orde van Oranje-Nassau berkat jasa dan kiprahnya selama 50 tahun di budidaya kina. Penganugerahan itu dirayakan di Kertamanah. Banyak koran Belanda yang merekam peristiwa ini.

Sayangnya, jejak langkah Tuan Willem Conninck di bidang budidaya kina berhenti saat pendudukan Jepang di Hindia Belanda. Bahkan kehidupan Willem Gerard Jongkindt Conninck pun berhenti saat dirinya berada di Kamp Interniran 7 Ambarawa. Dia meninggal di sana pada tanggal 23 Januari 1945. (Vss/Rap)

 

Kliping Riwayat Preangerplanters

Lima artikel yang dimuat di HU Pikiran Rakyat, rubrik Selisik, Senin, 22 Februari 2016. Salinan artikelnya menyusul.

PR Preangerplanters-1.jpg

PR Preangerplanters-2

 

PR Preangerplanters-3.jpg

Risa Sarasvati

12407386_169607003406356_736641379_n

Namanya Risa Sarasvati, penyanyi dan penulis novel bertema mistis. Risa bersama dua rekannya tak ketinggalan mengikuti Tour Preangerplanters ke Garut-Cikajang pada tanggal 17 Januari 2016 lalu. Pada saat pembukaan, Risa bercerita kebetulan saat ini sedang membaca buku “Sang Juragan Teh” dan punya keinginan untuk melihat jejak-jejak para pengusaha teh Priangan tempo dulu itu langsung ke lokasinya. Lalu berangkatlah Risa Sarasvati dkk.

Risa tidak banyak bicara, hanya sesekali membuat foto2, dan cenderung dapat menghilang tak terperhatikan. Di bagian akhir perjalanan, baru saya tahu dari ceritanya sendiri, Risa “dapat melihat” yang tak terlihat. Mungkin karena itu Risa sibuk dengan dunianya.

Saat ini Risa sedang dalam proses menulis novel ke-7 dengan tokoh bernama Peter entah siapa untuk buku “Peter”. Peter mungkin seseorang yang masa hidupnya antara 1873- 1918 sesuai dengan periode yang diceritakan dalam novel “Sang Juragan Teh” karya Hella S. Haasse.

Saya rasa Risa sudah melihat cukup banyak yang tak terlihat saat berada di Cisaruni, Cikajang. Semoga dapatkan inspirasi segar. Yang jelas, saya yang dapat beberapa inspirasi untuk kegiatan berikutnya, mungkin dapat dijalankan bersama.

Pembangkit Listrik Malabar

12479213_174531079577330_286134544_n

Pembangkit listrik tua di Malabar, angka tahunnya sebelum 1900, letaknya agak di perdalaman yang harus ditempuh melewati punggungan gunung dan hutan. Secara jarak sebetulnya tidak terlalu jauh dari rumah tinggal pendirinya, KAR Bosscha, tapi akses jalan yang sulit membuatnya terkesan sangat terpencil, apalagi letaknya di dasar sebuah lembah yang sempit.

Yang sehari2 tinggal menjaga di sini ada tiga orang pegawai, secara bergantian setiap pagi salah satu dari mereka pergi ke kampung terdekat untuk membeli kebutuhan makan sehari-hari. Tidak ada hari libur bersama untuk ketiga pegawai karena setiap hari harus ada yang memantau kerja mesin2 di dalam bangunan itu.

Dalam waktu dekat, @mooibandoeng akan mengajak Anda berkunjung ke tempat ini.

Proses Teh

12568073_1689629001321099_502941887_n

Pak Sudarsa menjelaskan istilah2 dan proses2 yang berhubungan dengan produksi teh, mulai dari istilah2 untuk jenis daun, lalu pemetikan sampai proses akhir saat teh sudah siap diseduh dan diminum. Foto ini saat para peserta berada di ruang pelayuan di lantai 2 pabrik. Ternyata sebagian peserta menikmati sekali penjelasan tentang proses2 yang dilakukan di dalam pabrik. Banyak cerita yang membuat kawan2 merasa baru tercerahkan setelah sekian lama kenal dan minum teh.

Jalur Rel Cimurah

12558699_1637758143154997_1247552524_n

Pemandangan dari samping Rumah Bambu Cimurah, persawahan luas, sebuah kampung, dan gunung yang tertutup awan. Seorang rekan penggemar kereta api yang penasaran oleh perhitungannya sendiri, berjalan jauh ke arah kampung dan berhasil menemukan jejak rel kereta api. Ternyata memang pernah ada jalur kereta api di situ, jurusan Garut-Cibatu yang sudah tidak beroperasi sejak tahun 1983.

 

Create a free website or blog at WordPress.com.

Up ↑