image

Oleh @aryawasho

Nama Achdiat Karta Mihardja mungkin terdengar asing di telinga khalayak umum. Lain halnya dengan cucu dari Achdiat, Jamie Aditya, yang jauh lebih dikenal khalayak umum karena pernah menjadi VJ MTV di tahun 90-an. Saya sendiri pertama kali mengenal sosok Achdiat melalui novel “Atheis”, novelnya yang terbit pertama kali di tahun 1949.

Achdiat Karta Mihardja lahir di Cibatu, Garut, pada tanggal 6 Maret 1911. Achdiat besar di keluarga yang gemar membaca. Tak heran saat ia berkesempatan untuk melanjutkan sekolahnya setingkat SMA di Solo, ia memilih jurusan sastra dan kebudayaan timur.

Setelah lulus sekolah setingkat SMA di tahun 1932, ia sempat berkiprah di berbagai media massa sebagai redaktur di Bintang Timur dan majalah Gelombang Zaman (Garut), Spektra, Pujangga Baru, Konfrontasi, dan Indonesia. Kemudian di tahun 1948, ia bergabung ke Balai Pustaka dengan jabatan yang sama. Saat bergabung Balai Pustaka inilah minatnya terhadap kesusastraan tumbuh.

Meskipun “Atheis” bukanlah satu-satunya karya yang Achdiat tulis, namun dari novel inilah ia dikenal luas sebagai sastrawan hingga mendapatkan banyak penghargaan.

Minat Achdiat terhadap sastra tidak tanggung-tanggung. Untuk memperdalam kesusastraannya, ia memutuskan untuk melanjutkan kuliah di Fakultas Sastra dan Filsafat Universitas Indonesia pada tahun 1948. Dedikasi dan prestasinya di bidang sastra membawa Achdiat mendapat kesempatan belajar bahasa dan sastra Inggris, serta karang mengarang selama satu tahun Sydney University, Australia, melalui Colombo Plan di tahun 1951.

Meskipun “Atheis” bukanlah satu-satunya karya yang Achdiat tulis, namun dari novel inilah ia dikenal luas sebagai sastrawan hingga mendapatkan banyak penghargaan. “Atheis” hingga saat ini masih terus dicetak ulang, bahkan novel ini diterjemahkan ulang ke Bahasa Inggris pada 1972. Sutradara Sjumandjaja juga pernah mengangkat novel ini ke layar lebar pada 1974 dengan judul yang sama, yaitu “Atheis”.

Berkat novel Atheis ini, Achdiat dianugerahi Hadiah Tahunan Pemerintah RI pada tahun 1969. Sebelumnya, pada 1957, kumpulan cerpennya yang diberi judul Keretakan dan Ketegangan mendapat hadiah Sastra Nasional Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional (BMKN).

Pada tahun 1961, Achdiat diangkat sebagai profesor sastra dan bahasa Indonesian di Australian National University. Selama mengajar di Australia ia memilih untuk tinggal di Canberra, kota yang kemudian ia tinggali lebih dari 40 tahun. Tahun 2005 ia melakukan kunjungan terakhirnya ke Indonesia untuk mempromosikan novel terbarunya, “Manifesto Khalifatullah”. Novel ini merupakan tindak lanjut dari novel yang membesarkan namanya, “Atheis”.

Achdiat Karta Mihardja meninggal dunia di Canberra pada 8 Juli 2010 di usia 99 tahun, dan dimakamkan di Canberra pada hari yang sama. Ia meninggalkan istrinya, Tati Suprapti Noor, dan 4 orang anak.

 

Foto dari http://brycealcock.net/daughter-of-independence/first-chapter/

Advertisement