Gunung Cai Gg. Kina

Hari ini saya berkesempatan mengunjungi dan memeriksa suatu jaringan air peninggalan Hindia Belanda yang terletak di belakang Pabrik Kina. Informasi ini saya dapatkan dari rekan instagram, @dienzfight yang kebetulan berkantor di dekat lokasi jaringan. Ternyata @dienzfight berteman baik dengan Yanti @adetotat yang belakangan ini cukup aktif di Komunitas Aleut. Jadi tadi saya berjanji berjumpa dengan keduanya untuk melihat lokasi jaringan air tua ini.

Tak aneh bila tak banyak orang yang tahu lokasi ini karena letaknya memang agak tersembunyi dari lalu lintas umum. Dalam foto di bawah ini tampak pintu masuk menuju sebuah ruangan besar yang saat ini sudah menjadi gudang. Di dalam ruangan ini ada sebuah bangunan seperti sumur dengan ukuran yang sangat besar, saya rasa diameternya lebih dari 5 m. Tinggi tembok lingkaran sumur sekitar 3 m. Bagian dalam sumur raksasa ini dipenuhi oleh pasir kwarsa, dan sampah2 gudang. Dugaan sementara, sumur ini berfungsi sebagai penyaring air.

IMG_20150522_130614

IMG_20150522_130852
IMG_20150522_131059

IMG_20150522_131412

Di luar bangunan “penyaring air” tadi ada bangunan lain berbentuk lingkaran kubah berukuran besar dengan menara di atasnya. Bangunan seperti ini tidak terlalu asing buat warga Bandung tempo dulu, karena terdapat di banyak lokasi di dalam kota, dulu sebutannya “Gunung Cai”. Tinggi tembok lingkaran yang terlihat dari atas tanah sekitar 150 cm, tapi perlu menanjak beberapa meter lagi untuk mencapai menaranya.

Sekeliling bangunan kubah ini sudah terdapat bangunan2 lain, sebuah bengkel (atau shelter tua dengan pilar2 besi), sebuah kantor, dan bedeng2 yang salah satunya dipakai oleh penampung botol plastik bekas. Pada satu sisi kubah, terdapat bangunan lain yang menyatu, sebuah menara air, yang juga sudah tidak berfungsi dan dipakai sebagai gudang.

Dari pintu yang menghadap ke arah timur, saya bisa masuk menuju bagian dalam gunung cai, tapi harus melewati ruangan lain yaitu menara air yang dibangun menempel. Menara air ini adalah ruangan berbentuk persegi dengan atap tinggi sekitar 10 meter dari tempat kaki berpijak dan dasarnya sekitar 8 meter di bawah. Di Jalan Puter dan Jalan Setiabudhi saya pernah lihat bagian dalam bangunan seperti ini, dalamnya sama, 11 meter.

IMG_20150522_132327

Dari pintu masuk hanya ada sedikit lantai untuk pijakan kaki, selebihnya kosong atau langsung ke dasar. Dari lantai yang sedikit ini dibuatkan jalur tangga semen dengan rangka besi menuju ke tembok seberang yang menempel langsung dengan gunung cai namun terletak di bagian atas. Di ujung tangga itu ada pintu yang menghubungkan dengan gunung cai. Kata Pak Maman yang tinggal di sekitar Gg. Kina, dasar gunung cai ini cukup dalam, sekitar 20 meter. Di bawah pintu, terdapat pipa besi besar menuju ke dasar bangunan dan di sebelahnya ada papan panjang penunjuk kedalaman dengan titik 0 meter yang segaris dengan pijakan kaki.

IMG_20150522_132718

IMG_20150522_133312

Dari keterangan Pak Maman yang sejak lahir di tahun 1950-an sampai sekarang tinggal di sekitar Gg. Kina, bangunan-bangunan jaringan air ini dibangun khusus untuk keperluan kereta api dan pabrik kina. Warga lain yang bekerja di pabrik kina juga membenarkan informasi itu.

Untuk keperluan pengadaan air bersih ini, sumber yang dipakai adalah aliran air dari Ci Kapundung yang dialihkan menggunakan pipa-pipa berukuran besar. Di mulai dari sekitar pintu air di bawah kompleks Sabuga sekarang ditanam jaringan pipa di bawah tanah sampai ke penampungan di Gg. Kina. Dari sini, air yang sudah bersih disalurkan lagi ke arah pabrik kina dan stasiun kereta api Bandung lewat pipa-pipa serupa.

IMG_20150522_143344

Kadang dengan menghafal buku-buku seputar Bandung tempo dulu sering kita dengar orang yang seakan sudah tahu segala macam tentang Bandung, bahkan tak ragu menyematkan julukan diri semacam “Kuncen Bandung” mengikuti gelar yang diberikan masyarakat untuk almarhum Pak Haryoto Kunto yang memang banyak sekali berkarya mengungkap pernik sejarah kota ini. Tapi ya itu, kebanyakan hanya dengan menghafal atau copy paste saja dari berbagai tulisan lain yang sumbernya seringkali tak dapat dipertanggungjawabkan. Hari ini saya disadarkan kembali betapa masih banyak sekali pernik kota Bandung yang masih tersembunyi di sana-sini, diam-diam menunggu ada yang menemukan dan mencatatnya.

__________

Nuhun buat @dienzfight dan @adetotat

Advertisement