Foto koleksi delcampe.net
Foto koleksi delcampe.net

Pada penutupan Konferensi Asia Afrika tanggal 24 April 1955, Presiden Sukarno memberikan nama baru bagi gedung Societeit Concordia, yaitu Gedung Merdeka. Sudah satu minggu sejak tanggal 18 April, Societeit Concordia dijadikan tempat konferensi negara-negara Asia-Afrika. Semangat menuju kemerdekaan bangsa-bangsa adalah hasil utama konferensi ini yang dituangkan dalam The Final Communique of the Asian-African Conference, salah satu isinya terkenal dengan sebutan Dasasila Bandung.

Societeit Concordia didirikan tahun 1895 oleh Asisten Residen Priangan, Pieter Sijthoff, sebagai wadah berkumpulnya orang-orang Eropa yang tinggal di Bandung dan sekitarnya saat itu, kebanyakan anggotanya dari golongan elite. Warga Eropa golongan ini sedikit banyak ikut membangun Bandung menjadi perkotaan yang modern untuk ukuran saat itu. Tidak hanya modern, tetapi juga cantik dan nyaman bagi para penghuninya. Tak heran Bandung pernah mendapat julukan sebagai kota bagi para pensiunan, de Stad der Gepensionneerden, tempat orang-orang hidup nyaman di hari tuanya.

Walaupun begitu, tetap saja Societeit Concordia mewakili situasi penjajahan bagi masyarakat pribumi. Jangankan pribumi, bahkan golongan Eropa dari kelas nonelite pun mungkin banyak yang tak pernah mencicipi kemewahan pesta-pesta yang diselenggarakan di dalamnya. Sebagian pribumi dari golongan bangsawan atau yang disamakan, mungkin sempat mencicipi kemewahan Societeit Concordia melalui pesta-pesta yang diselenggarakan oleh sekolah mereka. Namun bagi warga biasa seperti Goerjama, Societeit Concordia tidak terjangkau, bahkan lewat di depan gedungnya pun Goerjama muda tak berani melirikkan matanya ke arah dalam gedung megah itu.

Tepat sekali Sukarno memilih Societeit Concordia sebagai tempat penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika, karena ia berhasil “menyelundupkan semangat kemerdekaan” itu di tengah-tengah simbol kolonialisme di Bandung.

Advertisement