Buat yang mau jalan-jalan ke Ciamis, atau kebetulan lewat kota itu, coba mampir ke Situs Astana Gede di Kawali. Letak persisnya di kaki Gunung Sawal di Dusun Indrayasa, Kecamatan Kawali, sekitar 27 km di utara ibukota Kabupaten Ciamis. Dalam kompleks situs seluas 5 hektar ini terdapat berbagai peninggalan bersejarah berupa punden berundak, menhir, prasasti, dan makam-makam kuno bercorak Islam.

Keberadaan situs ini ‘ditemukan’ oleh Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles (1811-1816) yang kemudian membukukan berbagai hasil penelitiannya di Pulau Jawa – termasuk tentang prasasti Kawali – dalam buku History of Java (1817).

Sejumlah penelitian kemudian dilakukan oleh bangsa-bangsa Eropa, di antaranya oleh Duymaer van Twist (juga seorang gubernur jenderal periode 1851-1856), Friederik (1855), K.F. Holle (1867), J. Noorduyn (1888), Pleyte (1911), dan de Haan (1912). Penelitian oleh bangsa Indonesia di antaranya oleh Saleh Danasasmita (1984) dan Atja (1990).

Berdasarkan prasasti (tanpa angka tahun) yang bertuliskan aksara dan bahasa Sunda kuno itu dapat diketahui tentang seorang raja yang dikenal dengan nama Prabu Raja Wastu (Niskala Wastu Kancana) yang berkedudukan di Kawali dengan keratonnya yang dinamakan Surawisesa. Kompleks situs Kawali ini berada tidak jauh dari lokasi Alun-alun Keraton Surawisesa dahulu.

Selain peninggalan Niskala Wastu Kancana, situs Kawali juga memiliki peninggalan berupa sebuah kolam kecil berukuran sekitar 10 meter persegi.  Kolam kecil ini sebetulnya merupakan sumber mata air yang bernama Cikawali. Konon dari nama kolam inilah nama daerah Kawali berasal. Ada juga sebuah menhir dengan tinggi sekitar 130 cm, lebar 15 cm, dan tebal 10 cm.

Berdampingan dengan menhir ini terdapat lumpang batu berbentuk segitiga. Jenis batu pada menhir ini konon hanya ditemukan di dua tempat saja di Jawa Barat, satu lainnya berada di Gunung Sembung, Cirebon. Warga setempat menyebut menhir ini dengan nama Batu Pangeunteungan. Sejumlah menhir lainnya terserak secara acak di kawasan ini, sebagian sudah disusun kembali hingga menyerupai bentuk nisan, sebagian lainnya mungkin sudah hilang.

Peninggalan bercorak Islam dapat ditemukan pada makam Raja Kawali, Adipati Singacala (1643-1718), yang terletak di puncak punden berundak di tengah kompleks situs. Panjang makam ini 294 cm. Selain itu, masih ada sekitar 10 makam lainnya yang tersebar di situs ini.

Berikut ini tentang enam prasasti dan keterangannya berdasarkan paper Richadiana Kartakusuma “Situs (Kabuyutan) Kawali di Ciamis, Jawa Barat: Ajaran Sunda di dalam Tatanan Tradisi Megalitik”. Paper ini dimuat dalam buku Prosiding Konferensi Internasional Budaya Sunda Jilid I (Yayasan Kebudayaan Rancage, 2006).

PRASASTI KAWALI I

Prasati ini dipahatkan pada batu berbentuk trapesium yang panjangnya 72 x 73 cm, tebal 14,5 cm. Tulisan sebanyak 10 baris dipahatkan pada bagian muka dan 4 kalimat pada sisi batu.

Prasasti Kawali 1

nihan tapa(k) kawali
nu siya mulia tapa
ina pabu raja wastu
ma*ad*g di kuta kawa
li nu mahayu na kadatuan
surawisesa nu marigi sa
kulili* dayoh nu najur sakala
desa aya ma nu pa(n)dori pakena
gawe rahhayu pakon hobol ja
ya dina buana

Terjemahan:
inilah jejak (tapak) (di) Kawali
(dari) tapa beliau Yang Mulia
(bernama) Prabu Raja Wastu
(yang) mendirikan pertahanan (bertahta di) Kawali
yang telah memperindah kraton
Surawisesa, yang (menggali) membuat parit pertahanan
di sekeliling wilayah kerajaan, yang menyuburkan seluruh
permukiman, kepada yang akan datang hendaknya menerapkan
keselamatan sebagai landasan (ke)menang(an)
hidup di dunia

Di setiap sisi batu juga ditorehkan kalimat :
hayua diponah-ponah
hayua dicawuh-cawuh
ina n*k*r ina a(*)gr
ina ni(n)cak ia*mpag

Terjemahan:
Jangan dimusnahkan
Jangan semena-mena
Ia dihormati ia tetap
Ia diinjak ia roboh

PRASASTI KAWALI II

Prasasti Kawali 2

Dimensi batu pada gambar di atas ini sekitar 60 x 81 x 125 cm. Pada bagian muka terdapat tujuh baris pahatan yang tidak teratur.

aya ma                  kepada yang
nu *osi i-               mengisi tempat
na kawali ba       kawali berani
ni pakena k*        menerapkan
ta b*n*r                 kebenaran
pakon nanjor      agar bertahan
na juritan              dalam perjuangan (hidup)

PRASASTI KAWALI III

Prasasti Kawali 6

Batu ini merupakan temuan baru pada tahun 1995 oleh juru kunci situs.
Terdapat 6 baris tulisan pada bagian muka batu.

bani poro ti                       berani (menahan) kotoran
gal nu atis                          tinggallah isi dari
tina rasa aya ma nu      rasa, kepada yang
*osi dayoh bawo            mengisi (kehidupan) wilayah
ulah botoh bisi                 janganlah berlebihan agar tidak
kokoro                                menderita

PRASASTI KAWALI IV

Prasasti Kawali 3

Prasasti ini disebut juga Batu Tapak dengan dimensi atas 100 cm, bawah 80 cm, lebar sisi kiri 60 cm, dan lebar sisi kanan 90 cm. Pada batu ini dipahatkan 45 buah kotak (5 baris dan 9 baris). Pada bagian kiri tertulis kata anana (atau a*gana?).
Pada bagian muka terdapat juga tapak tangan kiri dan sepasang telapak kaki dengan lubang-lubang kecil.

PRASASTI KAWALI V

Prasasti Kawali 4

Disebut Batu Panyandungan dengan tinggi 120 cm.
Salah satu sisi tertoreh dua baris tulisan sa*hiya*li*- dan ga hiya*.

PRASASTI KAWALI VI

Prasasti Kawali 5

Bentuknya seperti lingga dan disebut Batu Panyandaan dengan tinggi sekitar 120 cm.
Di sini terpahat tulisan yang sama dengan Prasasti V, sa*hiya*li*- dan ga hiya*.

Peta Situs Kawali

Nah, bagi yang tertarik melihat sendiri prasasti Kawali, ini saya buatkan salinan petanya. Semoga bermanfaat dan selamat berkunjung.

 

Bahan bacaan :
–  “Situs Kawali (Astana Gede) “, H. Djadja Sukardja, 2007.
–  “Sejarah Kota-Kota Lama di Jawa Barat”, Dr. Nina Lubis, M.S., dkk, Alqaprint Jatinangor, 2000.
–  “Prosiding Konferensi Internasional Budaya Sunda Jilid I”, Ajip Rosidi, ed.  Yayasan Kebudayaan Rancage, 2006.

Advertisement