Ini ringkasan cerita penelusuran keluarga Snouck Hurgronje oleh Dr. P. Sj. Van Koeningsveld yang aslinya berupa artikel berjudul “Perkawinan, Status, dan Politik Kolonial di Hindia Belanda”. Artikel ini dimuat dalam Snouck Hurgronje dan Islam (Girimukti Pasaka, Bandung, 1989).
Sebelum meneruskan, ada baiknya membaca dulu tulisan Pak Awang H. Satyana, “Sosok Lain dan Wasiat Snouck Hurgronje untuk Tahun 2036” di sini.
Snouck Hurgronje, seperti yang sudah diceritakan di sini, adalah seorang pakar Islam yang menjadi penasihat pemerintah Hindia Belanda pada masa sebelum PD II. Snouck juga menjadi peletak dasar politik Islam di Hindia Belanda, termasuk dalam penaklukan Aceh. Sudah diketahui, Snouck telah menjadi seorang penganut Islam pada tahun 1884 di negri Arab dengan nama Abdul Ghaffar. Sepulangnya ke Belanda, Snouck menjadi populer sebagai Haji Belanda atau Mufti Abdul Ghaffar. Pada rentang tahun 1889-1906, kepakaran Snouck tentang Islam membuatnya menjadi penasihat Gubernur Jendral Hindia Belanda untuk hal-hal yang terkait dengan Islam.
Saat tinggal di Mekkah, Snouck memiliki banyak hubungan dengan para pelajar dan ulama yang berasal dari Hindia Belanda. Snouck diterima dengan baik di kalangan ini, termasuk ketika dia mulai tinggal di Hindia Belanda. Di negri jajahan ini, Snouck masuk lebih jauh ke kalangan Muslim dengan menikahi anak-anak perempuan penghulu.
Sebuah artikel di Soerabaja Courant, bertanggal 9 dan 13 Januari 1890 memuat berita tentang perkawinan Snouck dengan putri penghulu besar Ciamis. Perkawinan ini dilangsungkan di Mesjid Ciamis. Dalam berita itu disebutkan bahwa Mentri Urusan Jajahan, Keuchenius, meminta penjelasan resmi tentang kebenaran berita tersebut. Gubernur Jendral menyangkalnya dengan mengatakan bahwa memang ada peristiwa perkawinan, tapi itu hanya rekayasa untuk keperluan studi Snouck tentang upacara perkawinan Islam.
Snouck turut menyangkal berita koran tersebut dengan mengatakan bahwa “orang-orang koran” tersebut tidak memiliki keinsyafan batin. Dalam sebuah surat bertanggal 16 Juli 1890 kepada sahabatnya, Herman Bavinck, Snouck mengatakan bahwa penghulu Ciamis itu telah membantunya menghadirkan jurutulis yang menikah dengan putri bungsunya: “Karena merasa bebas, maka para wartawan mengawinkan saya dengan dia.”
Van Koeningsveld lalu bertemu dengan mantan pegawai pangrehpraja[1] Palembang, Daniel van der Meulen, yang bercerita bahwa di kantornya pernah bekerja seorang kerani[2] yang mengaku sebagai putra Snouck Hurgronje. Diceritakannya bahwa Snouck melarang dia dan kakak perempuannya datang ke Belanda karena akan menyeret Snouck ke dalam kesulitan-kesulitan.
Di Amsterdam, van Koeningsveld bertemu dengan Harry Jusuf. Harry adalah putra Raden Jusuf yang ternyata adalah anak laki-laki Snouck Hurgronje dari Siti Sadijah. Koeningsveld berhasil menemui Raden Jusuf di Bandung. Saat itu usianya sudah 78 tahun berstatus pensiunan komisaris besar polisi RI (setingkat kolonel).
Raden Jusuf dilahirkan pada tahun 1905 dari perkawinan kedua Snouck Hurgronje dengan Siti Sadijah, anak wakil penghulu Bandung, Muhammad Su’eb yang lebih populer dengan julukan Penghulu Apo atau Kalipah Apo. Perkawinan Snouck dengan Sadijah berlangsung tahun 1898 saat Snouck berusia 41 tahun dan Sadijah berusia 13 tahun. Karena pernikahan ini Snouck mendapatkan hubungan kekerabatan dengan para pejabat tinggi keagamaan dan kaum bangsawan di Bandung. Garis keturunan Sadijah memang berasal dari keluarga penghulu, bupati, dan raja di Priangan.
Koeningsveld juga mendapatkan silsilah keluarga Raden Jusuf yang disusun oleh Raden Tachiah, yaitu kepala keluarga Raden Jusuf dari pihak ibunya dan pensiunan kepala polisi Jawa Barat. Selanjutkan Raden Jusuf menceritakan bahwa apa yang pernah diberitakan oleh Soerabaja Courant tahun 1890 tentang perkawinan ayahnya itu adalah benar.
Ayahnya, Snouck Hurgronje, memang menikah dengan Sangkana, putri penghulu besar Ciamis, Raden Haji Muhammad Ta’ib. Snouck bertemu dengan Sangkana di Pendopo Kabupaten Ciamis. Di bawah tekanan istri Bupati Ciamis, Lasmitakusuma, terjadilah perkawinan Snouck dengan satu-satunya anak perempuan Muhammad Ta’ib itu. Dari perkawinan ini Snouck mendapatkan empat orang anak, masing-masing Emah, Umar, Aminah, dan Ibrahim. Sangkana kemudian meninggal karena keguguran kandungan anak kelima pada tahun 1895.

Raden Jusuf juga mengonfirmasi anak laki-laki yang diceritakan oleh van der Meulen itu sebagai Ibrahim, saudaranya satu ayah. Ibrahim bekerja sebagai pengatur tata usaha asisten residen di Palembang pada masa sebelum Perang Dunia II. Raden Jusuf menunjukkan fotokopi sebuah surat dari notaris Coeberg dari Leiden yang ditujukan kepada Ibrahim di Palembang. Surat itu berisi pemberitahuan bahwa Snouck Hurgronje telah wafat pada tanggal 26 Juni 1936 dan di dalam wasiatnya Snouck menghibahkan uang sejumlah 5000 gulden kepada semua anaknya di Hindia Belanda. Dengan bantuan saudara seayah lainnya, Umar, Raden Jusuf menggunakan uangnya untuk membangun sebuah rumah tembok di Jalan Kalipah Apo, sesuai dengan nama panggilan kakeknya.
Raden Jusuf juga membenarkan bahwa ayahnya memang merahasiakan hubungan-hubungan kekeluargaannya di Hindia Belanda. Sadijah mengatakan bahwa menjelang kepulangannya ke Belanda tahun 1906, Snouck secara tegas melarang anak-anaknya menggunakan nama Snouck Hurgronje. Karena itu bila ditanya tentang siapa ayahnya, maka Raden Jusuf hanya akan mengatakan bahwa ia cucu Muhammad Su’eb. Selulus dari sekolah HBS, Raden Jusuf juga dilarang pergi ke Belanda melanjutkan sekolah kedokteran walaupun sebenarnya ia sudah resmi diterima sebagai mahasiswa di sana. Ibrahim juga mengalami hal yang sama.
Walaupun begitu, Raden Jusuf mengatakan bahwa ibunya sangat mencintai Snouck Hurgronje. Ia mencintai Snouck sebagai seorang Muslim yang alim, taat beribadah, serta menjalankan puasa. Ibunya tidak pernah ingin bercerai dari Snouck walaupun sepeninggal Snouck tahun 1906, ia mendapat banyak pinangan. Sadijah setia hingga wafatnya pada tahun 1974.

Menurut anak-anak Raden Jusuf, nenek Sadijah yang mereka panggil dengan nama Buah, sangat lekat dengan surat-surat yang ditulis dan dikirimkan Snouck dari Belanda hingga wafatnya tahun 1936. Surat-surat itu selalu ditujukan “Kepada Putri Sundaku yang Tercinta…” Sayang, menurut Raden Jusuf surat-surat ini hilang setelah masa Perang Dunia II.
Menurut Raden Jusuf, menjelang kepulangan Snouck ke Belanda, Snouck Hurgronje telah mengatur seluruh pembiayaan istri dan anak-anaknya melalui pembayaran bunga seumur hidup. Baginya Snouck telah berusaha menghindari berbagai kemungkinan penilaian buruk terhadapnya berkaitan dengan keluarga Sundanya. Di sisi lain, Raden Jusuf juga dapat menerima bila ada anggapan bahwa akad-akad nikah Snouck di Hindia Belanda lebih diabdikan karena telaah-telaah kemasyarakatan berkaitan dengan jabatannya sebagai penasihat Hindia Belanda.
Van Koeningsveld melihat bahwa dengan melakukan perkawingan dengan keluarga pejabat tinggi ini, Snouck dapat masuk jauh lebih dalam di kalangan atas Priangan. Dalam sebuah nasihat bertanggal 23 November 1895 (tiga tahun sebelum menikah dengan Siti Sadijah) Snouck menulis: “Ia termasuk keluarga Priangan terkemuka baik melalui kekerabatan darah atau kekerabatan semenda[3] yang bekerja di dinas pemerintah.” Muhammad Su’eb, ayah Sadijah memang bersaudara dengan Raden Haji Muhammad Rusjdi dan Raden Haji Abdulkadir.
Atas anjuran Snouck, Muhammad Rusjdi diangkat sebagai penghulu besar di Kutaraja, Aceh, pada tahun 1895, menggantikan penghulu Haji Hasan Mustapa yang dipindahkan ke Bandung. Hasan Mustapa adalah yang mengatur perkawinan Snouck dengan Sadijah, ia atasan Muhammad Su’eb. Berdasarkan fakta-fakta ini, van Koeningsveld menganjurkan agar sejarah Hindia Belanda dikaji ulang dengan menyorot hubungan-hubungan kekeluargaan ini.

[1] Penguasa yang menangani wilayah lokal pada masa Hindia Belanda
[2] Pegawai yang mengurusi administrasi sederhana seperti mencatat, mengetik, menerima dan mengirimkan surat. Sama dengan jurutulis atau kelerek.
[3] Kekerabatan atau hubungan kekeluargaan karena hubungan perkawinan.
– Foto-foto repro van Koeningsveld dari koleksi keluarga Raden Jusuf di Bandung.
June 18, 2013 at 1:22 am
Menarik! lalu bagaimana keadaan anak cucu Raden Yusuf sekarang? apa ada foto terkini dari keturunan Snouck Hurgronje dengan Siti Sadijah?
June 18, 2013 at 3:17 am
Ngga banyak nemu keterangan tentang itu, padahal anak Raden Jusuf cukup banyak, kalo ngga salah sampe 11, salah satunya pemain badminton nasional, Eddy Jusuf.
Dengar kabar, rumah di Kalipah Apo masih ditempati oleh keluarga Raden Jusuf.
March 13, 2015 at 4:02 pm
EDDY JUSUF PAHLAWAN BULUTANGKIS INDONESIA ADALAH CICIT SNOUCK HURGRONJE.Istri pertama Snouck Hurgronje juga orang Sunda.Puteri KADI yg ditem[patkan di Aceh.
July 27, 2013 at 4:39 pm
Saya salah satu keturunan dari Sangkanaresmi, istri pertama Snouck. setelah saya baca artikel anda, sama sekali keluarga Sangkanaresmi hilang/tidak ada. Saya memiliki semua bukti yg menunjukan kami keturunan Snouck dari istri pertama.
July 27, 2013 at 5:09 pm
Wah senang Anda mampir di sini, Pak Ronny. Sekarang tinggal di mana? Andai memungkinkan ingin rasanya bertemu dan mengobrol banyak tentang keluarga Anda. Terima kasih kunjungan dan komentar Anda.
November 18, 2014 at 2:47 pm
Wah mohon maaf Pak Ridwan,
notifikasi ini baru masuk hari ini di ponsel saya,Sekarang saya tinggal di Jl. A Yani Bandung.
Saya juga dengan senang hati ingin membahas mengenai keturunan C. Snouck Hugronye dari Umar (anak ke-2 dari Snouck Hugronye) yang belum tertulis dalam sejarah. Jika mungkin, kami ingin pemerintahan Belanda mengetahui keberadaan cucu-cucu dari Umar ini. Apabila perlu saya yang datang ke tempat anda.
Bpk bisa menghubungi saya langsung ke Ronny.adhella@gmail.com.
Thanks & Regards,
Ronny Adhella
September 26, 2013 at 12:59 pm
wah kebetulan saya keturunan dari Ibrahim, ayah saya yg bernama Adam Ibrahim memiliki bukti-bukti yg valid mengenai silsilah keluarga Ibrahim yg merupakan anak dari snouck dan sangkana. Ayah saya sendiri lahir di Palembang.
September 26, 2013 at 1:10 pm
Mas, saya dari Komunitas Aleut, Kalo mau ketemu ngobrol ttg keluarga Sangkana bisa ga? Mas, domisilinya di mana?
Hani, Komunitas Aleut
September 26, 2013 at 2:12 pm
saya berdomisili di bekasi, mungkin saya hanya tau tentang Ibrahim, kalau anaknya Sangkana yg lain saya kurang tau
November 18, 2014 at 2:53 pm
Halo mba Hani,
maaf baru respon, karena notifikasi baru masuk
Boleh saja kalo mau ketemu dan ngobrol ttg keluarga Sangkana, Saya keturunan dari Umar (anak ke-2 dari C. Snouck Hugronye). Sekarang saya tinggal di bandung. Hubungi saja alamat email saya..
Thanks & Regards,
Ronny
June 11, 2017 at 1:14 am
Kepada Hani Septia Rahmi
Saya merupakan keturunan ke-lima dari S. Hugronje dan Nyai R. Sangkana. Saya merupapkan keturunan dari anaknya Nyai R. Sangkana yaitu Salmah. Jika tertarik dengan R. Nyai Sangkana kebetulan sekitar 7 tahun yang lalu makam beliau dipindahkan dari Cicalengka ke daerah sekitas Univ. Maranatha Bandung di pemakaman pribadi milik R.Moerad Natakusumah.
Adalah suatu kebetulan yang unik saya pun beberapa kali aktif di Komunitas Aleut hehe dan saya skearang kuliah di Bandung. Jika ingin mengkontak saya bisa ke Kang Ryzki W.
June 11, 2017 at 3:28 am
Pak Suria jadinya dengan Eddy Jusuf satu turunan.?
June 11, 2017 at 3:41 am
Pak Suria dengan Eddy Jusuf jadi masih satu keturunan?
June 11, 2017 at 1:15 am
Kepada Hani Septia Rahmi
Saya merupakan keturunan ke-lima dari S. Hugronje dan Nyai R. Sangkana. Saya merupapkan keturunan dari anaknya Nyai R. Sangkana yaitu Salmah. Jika tertarik dengan R. Nyai Sangkana kebetulan sekitar 7 tahun yang lalu makam beliau dipindahkan dari Cicalengka ke daerah sekitas Univ. Maranatha Bandung di pemakaman pribadi milik R.Moerad Natakusumah.
Adalah suatu kebetulan yang unik saya pun beberapa kali aktif di Komunitas Aleut hehe dan saya skearang kuliah di Bandung. Jika ingin mengkontak saya bisa ke Kang Ryzki W.
November 18, 2014 at 2:58 pm
Halo..salam kenal Pak Agung..
Ternyata kita masih saudara..^^ Saya adalah keturunan Snouck dari Umar (anak ke-2 ).
Apakah Bp memiliki silsilah keturunan Snouck Hugronye yang dibuat di Ciamis ?
Dulu paman kami memilikinya, tapi sekarang hilang. Klo Pak Agung memilikinya, saya boleh minta hasil scannya kan?
Terima Kasih ..
Regards,
Ronny Adhella
June 11, 2017 at 1:17 am
Kepada Ronny Adhela
Saya merupakan keturunan ke-lima dari S. Hugronje dan Nyai R. Sangkana. Saya merupapkan keturunan dari anaknya Nyai R. Sangkana yaitu Salmah. Jika tertarik dengan silisilah keturuan dari S. Hugronje dan Nyai R. Sangkana saya memilikinya dan siap berbagi. Sila hubungi saya via e-mail
November 16, 2014 at 5:48 pm
You can find the family tree of Christiaan Snouck Hurgronje on http://www.geni.com. I am interested to add the family of Salmah Emah, Umar , Aminah, Ibrahim en Yusuf ( Snouck Hurgronje).
Greetings from Holland.
Alex
http://www.geni.com/family-tree/index/6000000029573750737
November 18, 2014 at 2:37 pm
Dear Mr. Alex Van’t Hoff,
We are the big family of Oemar Gandaprawira, need a favor for reading an article regarding our relationship with our relationship with Prof. Dr. Snouck Hurgronje.
We are the children and grand-children of Oemar Gandaprawira, second son of Prof. Dr. Snouck Hurgronje with Sangkanaresmi (first wife) from Ciamis, Jawa Barat, Indonesia.
In 1983, an expert of History named Dr. P.S Van Koningveld had found out decline of Prof. Dr. Snouck Hurgronje which were in Indonesia.
He had only found one of them, Yoesoef. The only son of Snouck Hurgronje from second marriage, after the first wife died and we knew it from Indonesian newspaper At that time, we didn’t have any courage to admit that we were the declines of Prof. Dr. Snouck Hurgronje because we didn’t have any evidence to prove our relationship with Prof. Dr. Snouck Hurgronje.
But now, we brave enough to reveal the whole of this history, after a Seal (year 1939), which connected to our relationship with Prof. Dr. Snouck Hurgronje founded.
We hope that the Seal would reveal our existances as decline of Prof. Dr. Snouck Hurgronje which were forgotten by the history
Could you give us your email address so that we could attach article regarding our relationship with Prof. Dr. Snouck Hurgronje to completing the whole history of Prof. Dr. Snouck Hurgronje Family, and my pleasure to provide any information regarding the truth of this history.
My faithfull,
Ronny Adhella
May 25, 2016 at 6:52 pm
Waah tulisan yang sangat menarik sekali. Apalagi tanggapan dari para keturunan tokoh yang berperan penting dalam sejarah hubungan Indonesia dan Belanda. Saya kebetulan domisili di Belanda, dari pemberitaan ini saya jadi mencari dan menemukan jejak putri tunggal Snouck Hurgronje di Belanda. Namanya Christien Snouck Hurgronje. Dia lahir 17 Desember 1914 di kota Leiden dan meninggal 20 Desember 2014 di Wassenaar dekat Den Haag. Berusia 100 tahun lewat 3 hari. Jika menelusuri dari berita yang sejauh ini bisa kami temukan, sepertinya Christien yang menikah dengan Mr. Erik Adolf Liefrinck tidak dikaruniai keturunan. Lebih dari tulisan di atas kami belum menemukan jejak baru. Sekian dan terima kasih. Semoga info ini bermanfaat.
June 8, 2016 at 1:06 pm
@Serbalanda, terima kasih banyak info tambahannya yang berharga.. Salam
August 29, 2016 at 3:04 pm
Geachte Hr van t’Hof,
Na zijn repatriatie naar Holland heeft de heer Hurgonje toch maar zijn Mohammadsaanse godsdienst verlaten en weer Christen geworen.Hij trouwde met en dochter van een dominee en bij zijn dood is hij op Christelijke wijze begraven( in Friesland waar hij afkomstig is?).Mohammadianisme is voor hem uiteindelijk toch maar een intersante wetenschap waarover hij zo vele boeken en rapporten vooral over/in Atjeh,,had geschhreven voor de Nederlandse Regering en de Wetenschap. Hartelijk dank Snouck!
September 19, 2017 at 10:35 pm
Christiaan Snouck Hurgronje Laknatullah, sorry to say that he was most hated by Achehnese throughout history. He was NOT Muslim without he pretended to be as Muslim, and through of his advised, the Netherlands government devastated sovereign state Acheh that had equal self with Netherlands before. Snouck Hurgronje was a spy from Netherlands government.
He did everything, even married with Indonesia a woman until he got Children but finally he left his Children and wife in Java, then he went back to Netherland after all his ambitions succeeded. He died in Leiden and I already visited his tomb and his former house that now as part of Leiden university.
Berkunjung ke Bekas Rumah Snouck Hurgronje
http://aceh.tribunnews.com/2016/04/27/berkunjung-ke-bekas-rumah-snouck-hurgronje
September 20, 2017 at 2:39 am
Terima kasih komentar dan kiriman artikelnya.
September 20, 2017 at 3:09 am
Saya pun sebagai muslim tidak setuju dan tidak akan pernah setuju dengan apa yang dtelah ilakukan oleh kakek buyut saya khususnya pada masyarakat Aceh. Saya selalu penasaran apakah masyarakat Aceh seperti Bapak sendiri akan melabeli kami keturunan Snocuk sebagai ‘Laknatullah’ juga layaknya Orde Baru melabeli para keturunan PKI karena setahu saya di Islam tidak konsep “dosa turunan”?
October 9, 2017 at 8:41 pm
Sepertinya sosok Snouck menarik u dijadikan penelitian. Sbgmn diketahui bhw dlm sejarah Indonesia, Dr.Snouck masuk dlm ‘tokoh hitam’, tetapi jangan sampai ada bukti sejarah yang bisa didapatkan yang bisa menunjukkan bhw Dr.Snouck ternyata juga membawa hal2 positif u Hindia Belanda saat itu, misalnya sj politik etis (?) dsb..
Para keturunan langsungnya bisa berperan lebih besar u menyingkap sepak terjang Dr.Snouck selama hidupnya. Apapun hasilnya, Hitam atau putih, baik atau buruk, itulah sejarah.
November 5, 2019 at 11:50 pm
Does anyone of you know if there is a genealogical overview available of the descendants of Christiaan Snouck Hurgonje and his two Indonesian wives.? I am trying to establish his family tree as his half-brother is related to my family.
November 7, 2019 at 5:47 am
Hello Henri, please contact me by email mooibandoeng@gmail.com. Thanks.
November 7, 2019 at 9:52 am
Hoe dan ook de negatieve zijde van Hugronje is dat hij zo maar zijn vrouw en kinderen had verlaten ,alhoewel met een schat van 5000 gulden.Om weer inHolland tetrouwen. Sorry buaya darat juga dia!Meskipun dobel agamanya!
February 22, 2023 at 3:37 am
Negatif dan Positifnya Snouck Hurgronje, beliau adalah orang yang sangat luar biasa. Semoga seluruh keturunan beliau di Belanda dan Indonesia dapat reunian segera.