Ini catatan ringkas saja tentang perjalanan ngaleut kemarin bersama @KomunitasAleut. Untuk ngaleut hari ini sudah dirancang sebuah rute pendek dengan beberapa objek berbeda yang berada di jalur jalan kampung antara Kolam Pakar dengan kompleks PLTA Bengkok di Dago.
Peta dan rute perjalanan ngaleut kemarin. Rekaman rute oleh @adam_taufik.
Kegiatan dimulai dengan pembagian kelompok untuk berbelanja bahan masakan di Pasar Elos, Terminal Dago. Ada yang bertugas berbelanja bahan sayuran, bahan beberapa macam sambal, bahan lauk, dan lain-lain. Setiap kelompok ini nanti akan bertanggungjawab juga untuk mengolah setiap bahan yang ditentukan. Ternyatalah ada peserta yang belum pernah ke pasar, tidak tahu nama dan bentuk bahan makanan atau masakan tertentu, tidak tahu bahan2 yang diperlukan untuk membuat masakan tertentu, tidak berani menawar, dan sebagainya. Tentu saja ini menjadi pengalaman menarik..
Dari Pasar Elos, rombongan @KomunitasAleut menuju Kolam Pakar sebagai titik awal perjalanan. Dari sini perjalanan tidak terlalu jauh dan melulu akan melalui jalanan menurun. Sebelum mencapai titik tertinggi pipa pesat PLTA Bengkok (Tangga Seribu), rombongan mampir dulu ke suatu kawasan yang oleh masyarakat dulu dikeramatkan, yaitu Kampung Cibitung. Di kawasan lembah curam ini terdapat beberapa mata air yang menjadi sumber kebutuhan air warga sekitar. Terdapat beberapa bak penampungan dengan jalur2 pipa.
Di atas Cibitung, terdapat beberapa makam tua. Satu makam batu di tengah hutan kecil masih berada dalam bentuk aslinya berupa tumpukan batu, sebagian lainnya sudah diberi lapis keramik dan dibentuk seperti makam yang biasa kita kenal sekarang. Lumayan bikin pegel naik-turun tanjakan-turunan di Cibitung ini, tapi kalau tidak sekarang kapan lagi akan mampir mengunjungi tempat seperti ini?
Perjalanan selanjutnya adalah menuruni Tangga Seribu hingga PLTA Bengkok dengan satpam2 yang tak pernah bosan melarang pengunjung memotret walaupun hanya sekadar bangunan luarnya. Fenomena melarang memotret yang terkesan serius ini aneh juga, mengingat dalam beberapa kunjungan lain sudah banyak foto gedung PLTA ini yang dibuat, tidak hanya penampakan bangunan dari luar, tapi juga sebagian besar detil bagian dalam bangunan.
Ini satu contoh foto bagian dalam bangunan yang saya bikin saat penyelenggaraan sebuah program geotrek beberapa waktu lalu. Tentu saja saya bukanlah satu2nya yang membuat foto, puluhan peserta lainnya pun membuat banyak foto. Lalu kenapa harus selalu melarang memotret padahal hanya sambil lalu dan dari dari luar gedung?
Foto bagian dalam PLTA Bengkok yang dibuat oleh beberapa rekan peserta Geotrek Tahura Juanda-PLTA Bengkok.
Singkat cerita kami tiba di sebuah rumah tua yang berada di ujung jalan utama masuk PLTA Bengkok. Konon rumah ini dibangun tahun 1918. Kalau benar, berarti lebih dulu dibangun ketimbang gedung PLTA Bengkok yang baru dibangun tahun 1923. Rumah dengan halaman rumput yang cukup luas, pohon2 jeruk, pepaya, dan pisang. DI belakang, langsung dibatasi oleh tebing yang cukup tinggi dengan banyak macam pohonan di atasnya.
Kelompok2 memasak langsung beraksi sementara yang belum mendapat giliran berbagi cerita dan pengalaman. Seluruh proses masak-memasak berlangsung sekitar dua jam diselingi oleh kopi Kok Tong, teh Sidamanik dan Dandang, serta bala-bala fresh from the oven. Makan2nya model bancakan dengan alas daun pisang yang diambil langsung dari halaman rumah.
Nasi liwet, sayur waluh, bayem, karedok kacang panjang, tahu, tempe, asin cumi, peda, kurupuk, dan entah apa lagi, sungguh menggoda. Yang baru kenal, yang sudah akrab, semua bersatu di depan hamburan masakan :-). Yang tidak kebagian ruang, bersatu di sekitar sebuah panci masakan. Kegiatan makan2 ala bancakan ini dilakukan di teras rumah dengan udara yang segar terutama karena baru selesai hujan. Satu hari yang menyenangkan..
Foto2 kolase karya Wanti WD, kangupi, Budi Brahmantyo.
Foto bancakan oleh @GunTuRZ
Leave a Reply