lampegan

Antara tahun 1881 sampai 1884, perusahaan Staatspoorwegen Westerlijnen menyelesaikan pembangunan jalur lintasan kereta api mulai dari Bogor melalui Sukabumi sampai Bandung dan Cicalengka sepanjang 184 kilometer. Jalur kereta ini mencapai Bandung pada tanggal 17 Mei 1884 dan peresmian stasiunnya dilaksanakan pada tanggal 16 Juni 1884.

Pada lintasan Sukabumi-Cianjur sepanjang 39 kilometer terdapat sebuah terowongan yang dibuat dengan membobol badan Bukit Kancana (ada juga yang menyebutkan Gunung Keneng) di Desa Cibokor. Panjang terowongan ini 415 meter. Terowongan ini adalah yang pertama dibuat di wilayah Priangan. Baru pada tahun 1902 dibuat terowongan lain di Sasaksaat pada lintasan Batavia-Bandung via Cikampek, dan buah 3 terowongan di Ciamis selatan dibangun tahun 1918.

Mengenai pembuatan terowongan ini beredar spekulasi, ada yang mengatakan dibuat secara manual dengan mengerahkan tenaga penduduk sekitar, ada pula yang mengatakan dengan cara peledakan. Namun yang diharapkan cukup jelas adalah rentang tahun pembuatannya, yaitu antara 1879 sampai 1882, sesuai dengan angka yang terpahat pada tembok depan terowongan. Jalur ini lalu mencapai Cianjur pada tanggal 10 Mei 1883.

Konon saat peresmian terowongan ini, diundanglah ronggeng terkenal waktu itu, Nyi Sadea. Usai pertunjukan, seseorang mengajak Nyi Sadea pergi namun tak pernah kembali lagi. Masyarakat kemudian hanya memercayai dongengan bahwa Nyi Sadea telah “diperistri” oleh “penghuni” terowongan tersebut.

Ada juga spekulasi mengenai asal nama Lampegan. Ada yang mengatakan berasal dari ucapan Van Beckman, “lamp pegang, lamp pegang…” (pegang lampunya..), saat memantau para pekerjanya yang sedang membobol bagian dalam terowongan yang tentunya gelap gulita. Ada juga yang mengatakan kata itu berasal dari masinis kereta api di masa lampau yang selalu meneriakkan “Lampen aan! Lampen aan!” saat kereta melewati terowongan itu. Maksudnya, masinis memerintahkan agar para pegawainya menyalakan lampu.

Memang beredar berbagai variasi cerita tentang asal-muasal kata “lampegan” dengan dongengan yang melibatkan perkataan-perkataan Van Beckman yang lalu berubah menjadi nama “lampegan”. Dari cerita-cerita yang beredar itu ternyata tak ada yang mencoba memeriksa kamus bahasa Sunda, padahal dalam kamus bahasa Sunda terdapat kata “lampegan” yang diterangkan sebagai ” nama sejenis tumbuh-tumbuhan kecil”.

Tapi bila masih lebih suka cerita “lamp pegang” atau “lampen aan”, ya silakan saja ketang…

lampegan-2

Sumber :

Sejarah Perkeretaapian Indonesia, Penerbit Angkasa Bandung, 1997
Foto atas koleksi tropenmuseum, Belanda.